Memilih alat kontrasepsi untuk wanita bukanlah perkara gampang. Pasalnya, tidak ada alat kontrasepsi yang pasti cocok untuk semua wanita.
Salah satu alat kontrasepsi yang dianggap paling efektif untuk mencegah kehamilan dan aman untuk jangka panjang adalah. IUD (Intra Unterine Device). Cara pencegahan kehamilan dengan IUD sendiri adalah dengan “menanam” perangkat berbentuk T ke dalam rahim. Perangkat ini akan menghalangi jalannya sperma.
Pada umumnya, IUD dipasang 3-7 hari setelah haid selesai. Saat ini, dinding rahim lebih tipis, lebih mudah dilakukan pemasangan dan tidak mudah lepas. IUD juga bisa dipasang 42 hari setelah melahirkan. Saat ini, rahim sudah kembali ke ukuran normal sebelum kehamilan, leher rahim lebih longgar, juga memudahkan pemasangan. Kalau persalinan secara caesar, IUD juga bisa dimasukkan setelah mengeluarkan bayi dari janin.
Umumnya, wanita tidak boleh berhubungan badan selama minimal 1-2 minggu setelah memasang IUD agar terhindari dari infeksi atau radang leher rahim.
Berikut ini beberapa hal yang harus diperhatikan supaya tidak terjadi infeksi:
1. Setelah pemasangan harus istirahat 2 hari, tidak boleh melakukan pekerjaan fisik yang berat selama 1 minggu
2. Tidak boleh berhubungan badan selama 2 minggu, jaga kebersihan, tidak boleh mandi dengan cara berendam
3. Perhatikan apakah alat tersebut “jatuh keluar” dari alat kelamin saat 3 bulan pertama
4. Lakukan pengecekan rahim secara berkala, yaitu 3 bulan sekali setelah pemasangan, dan setelah tahun pertama setahun sekali sampai tidak menggunakan IUD lagi.
Berikut ini pengalaman dari seorang netizen yang pernah memasang alat IUD, semoga menjadi pembelajaran bagi para wanita!
Setelah 2 bulan melahirkan, saya langsung pasang alat IUD. Bentuknya T, di ujungnya ada sebuah tali yang halus. Entah kenapa setelah memasang alat ini, saya sering sakit pinggang kalau tidak sakit punggung, haid tidak normal. Setelah diperiksa ke rumah sakit, baru tahu ternyata alatnya sudah lepas dari tempatnya! Bila tidak dikeluarkan, bisa-bisa ia melubangi rahim dan bergerak bebas ke banyak tempat seperti rongga perut.
Kira-kira seminggu setelah haid saya berhenti, saya kembali ke rumah sakit untuk dilakukan operasi pengeluaran.
Saya berbaring di tempat tidur dan melihat perawat menyiapkan berbagai jenis alat bedah. Jantung saya tidak pernah berdegup sekencang ini. Mendengar bunyi dari alat-alat yang terbuat dari stainless itu membuatku berkeringat.
Yang ada di pikiran saya saat itu adalah andai saja saya tidak memasang IUD 9 tahun yang lalu, pasti tidak perlu mengalami hal menyakitkan ini…
Operasi sudah berjalan hampir 1 jam. Dokter masih belum berhasil mengeluarkan IUD-nya. Dokter lain pun dipanggil masuk ke dalam ruangan. Samar-samar, saya bisa mendengar mereka berbisik: Itu udah menyatu sama dagingnya!
Tiap kali dokter menariknya, rasanya sakit bukan main. Dokter menyuruh saya untuk rileks, tenang, jangan takut, tapi air mata saya sudah mengalir tidak karuan, karena benar-benar sakit sekali.
Tiba-tiba, saya merasa seperti ada sepotong daging dipotong dari tubuh saya! IUDnya berhasil dikeluarkan! Saya bisa melihat dengan jelas alat tersebut menyatu dengan segumpal besar daging!
Badan saya dipenuhi keringat bercampur air mata, bukan cuma sakit di fisik, tapi juga di hati. Saya langsung merasa lemas dan pingsan di tempat tidur, tidak sadarkan diri.
Terakhir, sebelum saya keluar dari rumah sakit, dokter memberi saya nutrisi cair dan obat anti-inflamasi.
Inilah pengalaman saya. Disini saya menyarankan semua wanita untuk memilih metode kontrasepsi yang cocok dan tidak berbahaya bagi tubuh. Sekarang ilmu kedokteran sudah begitu berkembang, pilihlah metode KB yang tepat! Cintai tubuhmu sendiri!
Advertisement